Monday, November 13, 2006

Fun Weekend 11-12 Nov 2006

Akhir pekan ini, gua dan beberapa teman-teman mengadakan Fun Weekend dengan tema “LOVE SETS U FREE” di Lembur Pancawati, Ciawi. Tempatnya nature banget dan sejuk, berbeda sekali dengan tempat-tempat retreat yang pernah gua kunjungi. Untuk menuju ke kamar aja, kita harus menuruni tangga-tangga yang kalo dilihat dari ketinggiannya sekitar 100 meter.

Gua, Rossi, dan Tarsi berangkat terlebih dahulu ke lokasi Fun Weekend. Sebelumnya sempat ngumpul dulu di BCA Gading untuk mengantar salah satu teman yang harus pindah ke mobil lain. Perjalanan yang lancar dan kurang lebih 1,5 jam dah sampe di lokasi. Begitu sampe di lokasi, langsung nempel nama-nama peserta dikamar dan hal-hal lain yang perlu dilakukan sebelum peserta datang. Acara lebih banyak diisi oleh games-games interaktif antar peserta, sehingga membuat suasana semakin akrab dan seru. Selain itu ada obrolan tentang “Self Concept” dan “Love Sets U Free”.

Gua sendiri kebagian jatah untuk memimpin 2 games yang disebut “Royal Family” dan “Win Lose”. Sebenarnya agak grogi pas mimpin games “Royal Family”, mungkin karena masih pertama kali. Hehehe… Namun, akhirnya suasana yang awalnya kaku karena gua grogi perlahan-lahan bisa mencair. “Royal Family” bertujuan agar sesama peserta bisa saling mengenal dan akrab. Dimana masing-masing peserta menuliskan nama, hobby, pekerjaan, motivasi dan simbol diri. Games kedua “Win Lose”, peserta dibagi menjadi 4 kelompok negara dan kartu bertuliskan huruf X dan Y. Masing-masing negara diberi modal uang dan memenangkan permainan dengan mendapatkan huruf tersedikit yang ditunjukkan oleh 4 negara. Sebagai contoh ada 3 negara menunjukkan huruf X dan 1 negara menunjukkan huruf Y, maka negara yang menang adalah dengan huruf Y dimana 3 negara lain membayar uang yang ditransaksikan oleh Bank. Trus, ada negosiasi antar kepala negara supaya negara yang miskin jadi kaya, dsb. Didalam negosiasi ada aja yang jadi pengkhianatnya. Hehehe….

Pada session “Self Concept”, gua diminta membuat kisah hidup gua dimana gua memandang diri gua seperti apa. Berikut ini, tulisan gua tentang konsep diri :

Semasa Sekolah Dasar, aku selalu diberikan nasihat agar senantiasa belajar dengan rajin. Sehingga saat itu, aku lebih banyak berkonsentrasi dengan pelajaran. Waktu untuk bergaul dengan teman seumuranku sangat jarang. Bisa dikatakan waktu itu, termasuk anak yang kuper dan kalopun bermain dengan teman seumuranku, aku lebih sering diolok-olok atau dikerjain oleh mereka. Hal ini juga membentuk diriku menjadi orang yang kuper sejak SD, karena aku selalu diolok-olok atau dikerjain oleh teman-temanku dan aku masih bodoh. Serta kedua orang tuaku yang membatasi jam bermainku dengan teman-teman.

Menginjak masa SMP, perlahan-lahan aku mulai belajar bergaul dengan teman-teman sekolah. Aku sempat naksir dengan seorang cewe teman sekelas. Namun, tidak ada keberanian untuk mengungkapkan perasaanku saat itu, karena aku merasa tidak tampan, postur tubuhku tidak gagah seperti teman-temanku yang lain, dan kedua orang tuaku selalu mengingatkan bahwa study lebih penting daripada pacaran. Hal ini disebabkan, aku selalu berpikir apakah aku pantas menjadi pacarnya? Apakah dia mau dengan aku yang kuper ini? Dan berbagai pikiran lain yang selalu menghantui diriku. Terlebih lagi, aku melihat teman-teman yang lain begitu mudahnya berganti pasangan saat itu. Sehingga aku merasa minder jika melihat teman-teman yang lain sudah mempunyai pasangan. Pemikiranku adalah belum saatnya aku untuk berpacaran sehingga membuatku kembali ke pola semasa SD adalah belajar dengan giat.

Mulai masa remajaku di bangku SMA, menurut pendapat banyak orang masa SMA adalah masa yang paling indah didalam hidup. Namun bagiku tidak sependapat dengan hal tersebut. Pada masa ini, aku masih belum memberanikan diri untuk menjalin relasi dengan lawan jenis. Saat SMA kuhabiskan waktuku dengan menyibukkan diri dengan mengambil kursus mata pelajaran. Tidak terlintas sama sekali dalam pikiranku saat itu untuk menjalin relasi, karena wajahku yang mulai tumbuh jerawat, dan aku merasa ada yang berbeda dengan fisikku dibandingkan dengan teman-teman yang lain.

Terlebih lagi saat aku kuliah, aku didiagnosa menderita penyakit yang menyebabkan postur tubuhku seperti ini. Aku semakin minder dan menutupi diriku dengan lebih banyak berada dirumah setiap akhir pekan. Di kampus, aku hanya berteman dengan beberapa orang saja. Saat itu aku merasa membutuhkan pertolongannya sehingga aku berteman dengan mereka, sebaliknya juga dengan temanku. Tidak banyak aktifitas yang aku ikuti saat aku kuliah. Hingga aku lulus kuliah dengan mendapat predikat Wisudawan Terbaik, ada kebanggaan tersendiri dalam diriku Namun kebanggaanku tidak merubah banyak kehidupanku, disaat aku mencari pekerjaan yang ditawarkan dari perusahaan-perusahaan bonafid, aku gagal dalam interview maupun test IQ. Aku merasa minder kembali, sehingga aku menekuni bidang profesi mengajar. Bidang profesi ini memang tidak membuat relasi pergaulanku berkembang. Aku tidak mempunyai banyak teman-teman sebaya atau dibawah umurku. Suatu saat aku ditawarkan untuk mengikuti training motivasi, dan aku mengikutinya. Setelah itu, perlahan-lahan aku mempunyai teman dan kepercayaan diriku mulai bangkit. Hingga suatu saat aku mengikuti retreat kaum muda, aku lebih disadarkan bahwa kasih sayang dan cinta orang tuaku sungguh tak terbatas. Serta aku disadarkan bahwa Tuhan menciptakanku mempunyai tujuan yang indah dalam hidupku walaupun kondisiku seperti ini.

Setelah gua membacakan sharing tentang konsep diri gua, Tarsi juga mensharingkan kisah hidupnya dan dilanjutkan dengan mengisi kuisioner yang telah dibuat oleh Butler J.M & Haigh GV. Dan hasil kuisioner menunjukkan konsep diri gua positif dan ada 1 hal yang perlu diperbaiki. Hehehe… Dan semua peserta setuju bahwa konsep diri mereka ingin positif. Memang tidak mungkin 100 % konsep diri akan positif, yang paling penting adalah seimbang seperti Yin dan Yang.

Di session “Love Sets U Free”, dibahas bagaimana cinta itu dapat membebaskan kita dari segala ketakutan. Berikut ini gua lampirkan beberapa tulisan yang berhubungan dengan session ini :

The Art of Loving --- Erich Fromm

Cinta tak bersyarat berhubungan langsung dengan kerinduan yang paling dalam, bukan hanya kerinduan seorang anak, tetapi kerinduan setiap manusia, sebaliknya dicintai karena kepantasan diri atau karena berhak menerima cinta selalu menimbulkan keraguan; mungkin saya tidak dapat membahagiakan orang yang saya inginkan untuk mencintai saya. Atau mungkin, selalu ada rasa cemas jangan … jangan suatu waktu cinta akan sirna. Selain itu, cinta yang didapat karena kepantasan mudah meninggalkan rasa getir dalam kesan; orang yang dicintai bukan karena dirinya, melainkan karena kemampuannya membuat orang lain senang….. INI BUKAN CINTA TETAPI MANIPULASI CINTA.

Lenongan menulis

Apabila seorang pria dan wanita saling mencintai, tetapi tidak mengakui cinta mereka … mereka belum mencinta. Sikap diam mereka berarti bahwa cinta mereka tidak mencapai titik penyerahan diri dan pemberian diri sendiri. Cinta itu adalah cinta apabila masing-masing secara bebas dan secara penuh menyingkapkan kepada yang lain apa yang menyebabkan apa yang sama-sekali baru yakni situasi cinta, dan apa yang mulai membukakan kaitan-kaitannya seumur hidup. Apa yang benar bagi cinta antara pria dan wanita juga berlaku untuk cinta antara Allah dan manusia …. kendati caranya berbeda ….

Sempat terjadi diskusi yang menarik antara peserta mengenai tema ini. Akhirnya acara Fun Weekend ditutup dengan misa Ekaristi yang dipimpin oleh Romo Vincent SVD. Setelah misa kita foto rame-rame. Sayangnya foto-foto tersebut ga ada dikamera gua, karena baterai kamera gua abis. Ntar kalo ada, gua attach deh foto-fotonya.