Wednesday, February 21, 2007

Banjir kembali melanda Jakarta...

Sorry banget nih kalo posting tentang banjir udah kelamaan. Banjir di bulan Februari 2007 ini bener-bener luar biasa parahnya. Kalo 2002 persis di bulan yang sama juga, rumah gua masuk sekitar 15-20 cm. Tapi tahun ini, rumah gua masuk sekitar 40-50 cm dan airnya cepet banget naiknya. Hari kamis tepatnya 1 Februari gua sempat mengantar bokap ke toko karena pagi harinya ujan lebat banget di rumah. Tapi setelah sampai di toko bokap disana malahan kering. Pas perjalanan pulang, gua liat kali dekat Kelapa Nias udah mulai penuh. Namun, gua ga punya feeling apa-apa kalo bakalan banjir. Pas hari Jumat udah mulai ujan terus-menerus sehingga air mulai menggenangi depan pagar rumah gua. Hujan bertambah deras dan lama banget, jadi air di got tidak mengalir. Saat itu udah mulai sibuk pindah-pindahin barang dagangan adik gua. Mobil gua dan mobil box adik gua sempat dipindahin ke ruko depan kompleks rumah. Seharian itu, kami sekeluarga bekerja keras untuk memindahkan barang ke atas meja. Hingga sore hari gua masih bisa menonton TV kabel didalam rumah, walaupun lantai rumah sudah tergenang air. Akhirnya dengan makan ala kadarnya karena adik gua sempat pergi ke depan untuk melihat kondisi tokonya dengan jalan kaki. Menjelang jam 10 malam, gua memutuskan untuk tidur sambil menyalakan lampu dan berdoa agar Tuhan selalu menyertai keluarga gua disaat bencana ini. Koq, sekitar jam 12an udah gelap. Ternyata listrik PLN dipadamkan, karena gardu listrik sudah mengkhawatirkan kondisinya. Gua sempat mendengar suara ortu gua yang sedang memindahkan barang. Jadi gua bangun dari ranjang, gila... Airnya udah sebetis gua. Parah amat... Segala usaha udah dilakukan, tapi apa daya... Air cepat sekali meninggi. Ada beberapa barang yang terkena air. Kami sekeluarga memindahkan barang hingga jam 1/2 4 pagi. Dan gua hanya bisa duduk dibangku sambil menunggu terbitnya matahari.

Akhirnya sabtu siang, gua, bokap dan nyokap memutuskan untuk mengungsi. Tadinya pilihan yang terdekat adalah mengungsi ke apartemen WGP, karena disana ada adik bokap yang mengungsi bersama dengan anaknya. Namun, disaat kami semua keluar dari rumah dan berjalan perlahan-lahan dengan air yang sudah setinggi paha. Diluar portal, kami bertemu dengan adik gua yang baru saja kembali dari memantau situasi diluar. Adik gua mengusulkan agar kami mengungsi ke Gunung Sahari tempat koko bokap. Karena disana masih ada listrik dan air. Sambil menunggu datangnya truk yang katanya bisa mengangkut kami, adik gua melihat sebuah truk marinir datang dan dia mengenali orang yang duduk disamping supir. Adik gua langsung menghampiri orang tersebut yang ternyata teman baiknya yang akan mengevakuasi sekeluarganya yang tinggal di kompleks kami. Adik gua bilang kalo dia menitipkan 3 orang untuk ikut naik truk sampai tempat yang kering. Malahan temannya menawarkan untuk ikut tinggal ditempatnya. Namun, dengan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya adik gua mengatakan bahwa kami sudah mempunyai tempat untuk menginap. Sambil menunggu proses evakuasi keluarganya, kami bertiga duduk didalam truk dengan sabar. Akhirnya truk jalan dan kami berhenti di Kelapa Gading Square. Sepanjang perjalanan, gua terus berdoa agar kami semua dapat selamat sampai di rumah koko bokap. Kami berjalan beberapa meter hingga menyeberangi jalan Yos Sudarso, dan saat kami melihat ke seberang sana didaerah Sunter ternyata air juga sudah meninggi. Kami sempat bingung apakah memutuskan untuk tetap ke rumah koko bokap atau tidak. Akhirnya gua bilang ama bokap, kita ikut orang naik gerobak aja. Paling ga kita ga terlalu cape jalan. Dalam 1 gerobak ada sekitar 5-6 orang. Sepanjang perjalanan didalam gerobak, akhirnya lewat truk container yang berisikan orang-orang yang juga sedang mengungsi. Salah satu penumpang didalam gerobak menanyakan mau kemana truk tersebut. Kata mereka, "Mau ke Kemayoran". Akhirnya kami semua yang ada didalam gerobak berpindah ke truk tersebut. Dan kami turun didepan hotel Sheraton yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumah koko bokap. Kami sempat makan nasi padang dahulu sebelum sampai ke rumah koko bokap.

Begitu sampai dirumah koko bokap, gua udah merasakan suasana yang kurang nyaman. Karena koko bokap dan istrinya sering "perang mulut". Gua hanya bisa pasrah aja dengan kondisi ini karena gua numpang dirumah mereka. Bokap sempat bilang ke mereka kenapa sih ga bisa sehari aja ga "perang mulut". Dan suasananya ga kondusif banget deh. Banyak kejadian-kejadian atau percakapan dari istri koko bokap gua yang rada-rada "menyinggung" kami. Tapi karena kami sudah tau sifatnya istri koko bokap, jadi di"cuekin" aja deh. Gua dan bokap sempat tidak bisa tidur karena digigit nyamuk padahal udah pake obat oles anti nyamuk. Kami menginap dari hari sabtu, dan akhirnya hari rabu setelah mendapat kabar bahwa air dirumah sudah kering. Gua dan nyokap pulang lebih dulu dengan naik taksi dan penuh perjuangan karena dijalan Yos Sudarso masih tergenang. Bokap pulang dari toko menuju rumah sambil membawakan makan siang. Mulailah kami sekeluarga kerja bakti untuk membersihkan rumah. Cape dan bau masih sedikit tercium. Dan parahnya lagi air PAM masih belum mengalir hingga hari Minggu baru menyala. Thanx God banget atas penyertaanNYA dalam perjalanan gua dari rumah menuju rumah koko bokap gua.

Januari telah berlalu.....




Januari telah berlalu dengan cepat dan memberikan kenangan tersendiri bagi teman gua, Tarsi. Dimana Tarsi berulang tahun tanggal 5 Januari tepatnya, dan ada salah seorang teman kami juga yang berulang tahun pada hari yang sama, Brigitta. Malam itu, gua dan Sumi memberikan surprise buat mereka berdua. Siang harinya gua yang mendapatkan tugas membeli kue ulang tahun. Sempat dikontak ama Agustin yang kebetulan C-178, dan mereka juga ingin membuat surprise buat Tarsi juga.

Kira-kira jam 8an setelah gua ngajar, gua mulai jalan ke rumah Tarsi sambil telpon-telponan ama Sumi. Gua sempat melewati rumah Tarsi ternyata ada motornya, tapi pintunya rada tertutup dan gelap. Jadi menurut feeling gua, Tarsi ada dirumah. Akhirnya gua muter lagi untuk memastikan. Setelah itu gua menunggu Sumi didalam mobil kira-kira ½ jam di ujung gang rumah Tarsi. Sambil menunggu Sumi, gua melihat Nita keponakan Tarsi dibonceng temannya. Karena Nita juga sering pakai motor Tarsi, jadi gua berkesimpulan Tarsi ada dirumah. Akhirnya Sumi datang, dan gua menjemput Brigitta dahulu. Setelah itu, kita bertiga mampir ke rumah Tarsi. Tarsi cukup kaget dengan kehadiran kita bertiga. Kue ultah dikeluarkan dan mereka berdua memotong kue secara bersama-sama. Ada fotonya koq... Hehehe.... Tak lama kemudian datang para Choicer’s 178 yang juga memberikan kejutan dan kue ultah untuk Tarsi. Gua seneng banget melihat wajah Tarsi disaat mendapat kejutan dari kami semua. Setelah ngobrol-ngobrol dan foto-foto plus makan kue ultah, kita lanjut makan di resto Kaca Mata tapi Sumi dan Brigitta ga ikutan. Baru pulang kira-kira jam ½ 1 pagi, ga terasa karena kita ngobrol-ngobrol. Trus besok paginya gua dapat kabar dari Sumi kalo rumah makan Kaca Mata terbakar. Gua bersyukur kalo gua dan teman-teman yang lain boleh menjadi bagian dalam hidup dan berarti bagi Tarsi.