Sunday, October 22, 2006

Kisah Tentang Pelayanan...

Pagi ini gua pengen misa jam 8.15 di paroki dan gua dah setel alarm untuk bangun jam 7.10, tapi ga bisa bangun karena masih cape banget setelah jumat malam baksos. Sabtu malamnya gua dinner dengan family di resto yang baru buka terletak di La Piazza. Rame banget yang makan di resto tersebut. Setelah selesai makan, ternyata dihitung-hitung 1 orang ga sampe 30 rb dah included minum, sayur, nasi, chicken steam, dan nambah nasi. Makanya rame banget restonya.

Akhirnya gua misa jam 9.00 di stasi, sebelumnya nganter nyokap ke toko dulu. Ada suatu kisah yang diceritakan oleh romo, yaitu :
Ada seorang anak yang bernama Budi berumur kira-kira 6 tahun. Ia menunggu ayahnya pulang dari kantor di depan pagar rumahnya. Sesekali ia melihat jam dirumahnya, ternyata baru jam 8 malam. Ia bergumam, koq ayahnya belum pulang yah. Ia tetap setia menunggu ayahnya pulang. Sampe jam 8.30 terlihatlah cahaya lampu mobil yang memasuki garasi rumahnya, dan Budi berlari menghampiri ayahnya. Budi berkata, “Ayah, ada yang ingin Budi bicarakan dengan ayah”. Ayahnya menjawab, “Ada apa Budi? Ayah sudah cape nih karena kerjaan di kantor”. Namun Budi tetap bersikeras ingin bicara dan ia bilang cuman sebentar aja koq. Baiklah, apa yang ingin Budi bicarakan, ujar ayahnya. Budi mo tanya aja, “Berapa sih gaji ayah sekarang?”. Ayahnya cukup kaget dan penasaran, kenapa sih Budi tanya-tanya gaji ayah. “Memangnya kalau sudah tahu kenapa?”, ujar ayahnya. Ga apa-apa koq yah, Budi cuman pengen tahu aja. Lalu ayahnya menjawab, “Gaji ayah Rp 400.000,- per hari”. Setelah itu Budi kembali bertanya, “Ayah, sehari kerja berapa lama di kantor?”. Semakin kesal dan penasaran ayahnya. Karena sudah merasa cape, ayahnya menjawab dengan singkat. Sehari ayah bekerja selama 10 jam. Udah yah Budi, ayah sudah cape nih dan mau mandi dulu. Karena Budi masih belum mahir berhitung pembagian, ia menghampiri kakaknya dan bertanya, “Kak, kalo Rp. 400.000 dibagi 10 berapa yah?”. Kakaknya menjawab dengan singkat, “Rp. 40.000”. Budi bergegas ke kamarnya dan memecahkan celengannya. Setelah dihitung-hitung uangnya hanya Rp. 15.000,-. Wah, ga cukup nih uangnya. Lalu ia menghampiri kamar ayahnya dimana ayahnya baru saja selesai mandi. Budi berkata,” Ayah, pinjam uang dong Rp. 5.000,- aja deh”. Ayahnya bertanya, “Mau diapakan uang Rp. 5.000,-nya? Budi mau belikan mainan yah? Kalo mau belikan mainan besok ayah belikan yang lebih mahal”. Budi menjawab, “Ayah, Budi pinjam Rp 5.000,- karena uang di celengan Budi hanya Rp. 15.000,-. Jadi kalo ditambah Rp. 5.000,- lagi pas deh Budi bisa menyewa Ayah selama ½ jam untuk menemani Budi bermain ular tangga”.

Suatu kisah yang menarik dari romo yang bermaksud, agar kita dalam pelayanan mbok yah dari orang-orang terdekat kita yaitu KELUARGA. Ga usah jauh-jauh dulu deh menjadi Ketua Lingkungan, Ketua Wilayah, dllnya. Yang terpenting adalah bagaimana kita bisa menjadi pelayan didalam keluarga kita. Gimana kita bisa saling melayani didalam keluarga dulu barulah kita melayani diluar. Bukan berarti kita tidak boleh melayani diluar rumah, namun perlu adanya keseimbangan antara pelayanan didalam rumah dan diluar rumah. Semoga apa yang telah menjadi bahan perenungan dari romo dapat kita jalani dalam keluarga kita. Amien.

No comments: